Akhir-akhir
ini santer dibicarakan khususnya di media sosial twitter mengenai isu Mbak Dian
Sastro ditolak cintanya. Mbak Dian Sastro dinilai oleh netizen seakan
tidak punya celah dan tidak layak untuk mendapatkan penolakan. Entah
benar atau salah tentang isu penolakan tersebut, tetapi justru saya penasaran
bagaimana rasanya menolak Mbak Dian Sastro. Menolak Mbak Dian Satro yang super
glowing dengan segudang prestasi dan diidam idamkan oleh banyak kaum adam tentunya
menjadi pencapaian yang luar biasa.
Coba
bayangkan kata-kata apa yang cocok untuk menolak Mbak Dian Sastro. “maaf, aku
tidak bisa, kamu terlalu baik untukku” mungkin adalah kata yang paling tepat.
Padalah
kata-kata tersebut sering dianggap sebagai alasan klasik nan mainstream dan sangat konyol. Jangan
munafik, semua orang pasti menginginkan pasangan yang baik, entah dari segi
fisik, attitude, pendidikan atau
apapun. Bukan kah harusnya beruntung mendapat yang baik? Kok malah ditolak? Kan
konyol! Namun itu menjadi tidak konyol lagi kalau untuk menolak Mbak Dian
Sastro. Memang faktanya seperti itu. Terlalu baik.
Menolak
Mbak Dian Sastro mungkin bisa juga menjadi bagian dari prestasi yang dapat
dimasukkan di CV. Dengan keterangan pernah membuat geger seantero Indonesia
karena menolak Dian Sastro.
Pengalaman
menolak Mbak Dian Sastro juga menjadi nilai plus untuk melamar pekerjaan. Bayangkan
ketika ditanya oleh HRD di akhir sesi wawancara.
“
Beri kami alasan kenapa Anda berhak bekerja di perusahaan kami?”
kamu
bisa dengan percaya diri menjawab
“
Saya pernah menolak Dian Sastro.”
Bayangkan
memasarkan diri sendiri saja berhasil samapai modelan kaya Mbak Dian Sastro saja
kepincut apalagi memasarkan produk perusahaan, tentulah akan menjadi
pertimbangan HRD segan menolak anda.
Atau
ketika melamar anak orang. Pengalaman menolak Mbak Dian Sastro akan membuat
calon mertua berfikir berulang untuk menolak Anda. Jika Mbak Dian Sastro saja
ditolak dan anaknya justru menjadi pendampingnya, tentu secara tidak langsung
anaknya naik kelas di atas Mbak Dian Sastro. Wehh kan kerenn.
Namun
di sisi lain penolakan terhadap Mbak Dian Sastro ini menjadikan Mbak Dian
Sastro justru semakin berkelas. Keberanian Mbak Dian Sastro untuk mengungkapkan
perasaannya kepada lelaki duluan patut diacungi jempol. Sebuah Tindakan yang
mendobrak belenggu budaya patriarki terhadap kesetaraan gender. Dimana
perempuan lebih diajarkan untuk menunggu, diam dan memendam perasaan. Sedangkan
laki-laki akan diaggap lebih jantan ketika mereka mulai duluan. Bahkan ada
petatah jawa yang mengatakan “ wong lanang menang milih, wong wedok menang nolak.
Yang artinya Laki
laki bisa memilih wanita manapun yang mau Dia dekati, tapi perempuanlah yang
menentukan untuk menolak kalau dia tidak mau didekati.
Mbak
Dian Sastro mematahkan aggapan perempuan bak berlian berharga yang memang
seharusnya diam, menunggu, sampai ada seseorang yang menawarkan untuk membelinya.
Ini seakan mendiskreditkan
perempuan bahwa yang memiliki kewenangan menyampaikan perasaan adalah
laki-laki. Lantas apa yang harus dilakukan perempuan, menunggu saja? Iya kalo
ada yang datang. Kalo tidak? Bukankah berjuang lebih menantang dari pada hanya
diam dan menunggu? Menunggu itu membosankan.
Entah
siapa orang-orang zaman dahulu yang ngide membuat konstruksi sosial bahwa hanya laki-lakilah
yang punya privilege untuk mengungkapkan perasaan duluan, atau sekadar making
the first move.
Ide
menyatakan perasaan duluan seperti Mbak Dian Satro perlu ditiru oleh perempuan.
Jangan malah minder kalo Mbak Dian Satro saja ditolak apalagi remahan
rengginang seperti Anda. Hai adek-adek cinta tak mengenal kasta. Siapapun Anda,
Anda berhak memperjuangkannya, entah Anda perempuan atau bahkan Mbak Dian
Sastro sekalipun.
Dari
isu tersebut harusnya sekarang ditolak cintanya oleh laki-laki menjadi biasa-biasa
saja. Walaupun sakit dan malu banget. Itu hal yang wajar. Karena Mbak Dian
Sastropun juga pernah merasakan.
Mbak
Dian Sastro mengajarkan kita untuk tidak melewatkan kesempatan. Entah hasilnya
diterima atau ditolak. Itu bentuk ikhtiar. Bukankah agama mengajarkan kita
untuk ikhtiar tidak hanya diam dan menunggu hasil di bidang apapun tidak hanya
urusan cinta. Penolakan atau kegagalan adalah hal yang wajar dalam berjuang.
Dan sudah menjadi keniscayaan bahwa setiap orang pernah ditolak ataupun gagal
di bidang apapun. Jadi biasa saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar